Langsung ke konten utama

Do’a Baik Untuk Nya
By : Bobbay Crispy

Kali ini mungkin aku tak lagi samar dengan perasaanku, sebuah perasaan yang kian membanyang diingatan. Semilir hembusan angin yang mengikuti suara helaan nafas, dengan deraian air mata seolah berusaha menjadi hiasan, semua membalut dalam kesunyian yang menjadi tema dalam sebuah cerita yang sudah seperti sahabat menurut Ku, dan Semua sepertinya sudah meresap dan menyatu dalam hidup Ku yang senantiasa berjalan berdampingan sebagai pelengkap kalbu. Bahkan semilir nyanyian angin di dalam kesunyian pun terkadang tak dapat menahan deraian airmata Ku yang berjatuhan.

Adakah waktu yang enggan bersahabat denganku…?
Mempertemukan Aku yang rindu akan hadirnya dirimu, pada Mu ingin Ku ceritakan semua apa yang ada di dalam angan yang kian menyiksa Ku setiap saat dalam satuan waktu.             Diary seorang gadis cantik dengan senyum manis yang menggoyahkan jiwa.

 “Indri”
 Itulah namaku.
Aku yang sekarang berumur22 tahun dan tengah menjalani sebuah study di sebuah Universitas Islam yang ada di kota Ku, tepatnya di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

“Sholat Isya dulu kak, jangan seperti itu bengong sendirian di pinggir kolam, ntar kesambet loh, mendingan juga kakak masuk dan sholat dulu.” Teriak seorang gadis kecil yang mendekat ke arah ku.

“Kamu ngapain ke sini, Gi sana masuk......!!!
“Iiihh…. Bawel bangat ya, pasti disuruh Umi ni....?” jawab Ku.

“Iya, karna ini uda malem, jadi umi nyuruh kak Indri buat sholat, masuk kak, ayo masuk!” ucap gadis kecil itu barulang sambil menarik tanganku.

“Iiii… adek bawel yaaa, sono ge masuk duluan, kalo ngak kakak ceburin ni kamu ke kolam. Mau.....!!!”, Ucapku padanya dengan sedikit kesal.

“Umiii…. kak Indri ngak mau masuk, umiii…. umi….” teriak adikku seolah meledek.

Tanpa aba-aba, langsung ku bengkam saja mulut adekku.
“Iya iya, ini masuk, dasar bawel yaaa” ucap Ku sambil ngedumel.

Ku kerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban Ku, dan begitu lah setiap malam yang kulewati, kalau buakan karna adik dan pengertian dari Umi Ku mungkin ini akan melarutkan Ku dalam malam yang panjang.
Pagi ini Aku benar-benar kesiangan dan Ku lihat Umi sudah merapikan piring makanan di meja makan, Aku hanya sempat meminum susu yang sudah di sediakan oleh Umi di meja makan, dan buru-buru berpamitan melawatkan sarapan pagi Ku.

“Umi, Indri hari ini ada kuliah pagi, Indri berangkat ya Umi. Assalamualaikum.” Ucap ku yang buru-buru mencium tangan umi.

“Indri, kamu ngak mau sarapan dulu…!!!” tanya umi.

“Tidak umi, Indri sudah telat. Umi Indri berangkat ya, Ayu sepertinya sudah menjemput Ku. Daa, Umi…!!!” Ucap Ku terburu-buru samba melangkah meninggal kan Umi.

Waktu itu Aku hanya melihat umi Ku menggelengkan kepala, Aku berlalu dan langsung menghampiri sahabat Ku yang sudah stand by di depan pintu rumah Ku.

“Ayu  maaf ya udah nunggu lama”
“hehehe udah lama yaaaa,,,,!!!”
” ucappan Ku waktu itu dengan senyum seolah tak berdosa padanya.

Kami berdua pun berangkat menggunakan sepeda motor yang di kendarai Ayu. Saat sampai di kampus, kami langsung masuk kelas, dan untungnya dosen yang mengisi matakuliah hari ini belum masuk, hal ini membuat Ku dapat tersenyum lega.

“Allhamdulillah…” Ucapku dalam hati.

“Indri…!!!
“Aku punya temen nih, namanya Akbar, orangnya ganteng dan dia hafis lo, dia juga menjalankan sunnahnya Rosulullah, taat kepada agama, taat kepada orang tua,,,

“taat kepada saudara-saudaranya, taat kepada kakeknya, neneknya, pamannya, tantenya, sampe keponakan-keponakannya dan sekalian aja tu semua tetangganya juga tu di ta’atin.”
“Oh gitu ya” ucap Ku yang langsung menyela pembicaraan sahabat Ku saat itu yang seolah ngeledek.
“Ayu mau berapa banyak lagi laki-laki yang kamu ingin kenalkan kepada Ku...?
 “Ayu udah ya tolong, berhenti…!!!”
“Aku yang saat ini tidak ingin mencintai seseorang, Sekarang aku hanya ingin …..”.

“Ingin apa sih Indri… ???
“Fokus sama kuliah Mu, fokus menghafal Al-Qur’an, fokus menulis artikel, dan kamu ingin fokus ke Allah.
“Gitu kan…!!!” ucap Ayu yang langsung menyela balik perkataan Ku dengan nada sedikit agak kesal.
“Ia aku tau Indri itu baik, tapi nih ya, semenjak kamu putus dengan Boby, kamu tuh jadi berbeda. Kamu tuh jadi seperti orang yang takut akan yang namanya jatuh cinta. Apa sih kelebihannya…!!!
“Boby tuh laki-laki yang buruk dan tabiatnya pun juga ga baik, jadi buat apa coba kamu harus selalu mengingatnya.”
“Inn, udah ya kamu ngak perlu nyeselin dia yang udah mutusin kamu” lanjut Ayu.

“Ayu, udah stop…!!!
“Aku ngak mau bahas dia lagi dan aku juga ngak takut yang namanya jatuh cinta.
Aku hanyaaa….” Sambil menundukan pandangan.
“Aku hanya ingin memperbaiki diriku dengan berhijrah di jalan Allah, senantiasa istiqomah dalam jalan Nya, dan semoga mendapatkan jodoh yang sholeh sesuai dengan kalam Nya.”
“Ayu dengerin Aku ya, Aku tu pacaran dengan Boby kan waktu Aku masih labil dan itu masa kita tengah duduk di bangku kelas 3 SMP, jadi lupakanlah…!!!”
Setelah itu Aku diam, kuharap Ayu mengerti karna Aku ingin menyudahi pembicaraan ini dan tak lama Ayu menegur.

"Inn,  jangan marah dong, yahh… dia marah lagi.”
“Bodohnya kamu Yuuu, ngapain juga sih kamu bahas Bobby lagi.”
“Boby… Boby.!!!”
“Semuanya ini beberan mutlak gara-gara Mu Bob, terus aja Bob…. Terus..... !!!
“Hedeehhh….” Ayu bergumam dalam hati.

Saat Jam kuliah berakhir, Aku sudah melihat Ayu ternyata sudah stand by di atas sepeda  motornya sambil menunggu kedatangan Ku. Ku hampiri lalu berkata.
“Ayu maaf ya, aku hari ini ngak bias pulang bareng kamu. Kamu duluan aja ya”.

“Loh kenapa inn ...?” Ayu agak terkejut.
“Loh kok gitu sih...?”
“Kamu masih marah sama aku ya....???”
“Apa karna aku bahas Bobby...?” lanjut Ayu bertanya.

Saat itu  Aku hanya tersenyum melihat ekspresi sahabat Ku dan sepertinya dia mengira Aku beneran marah padanya.
 “Kamu ini yaaa,” Sambil mencubit dan mnarik pipi sahabat Ku yang cantik.

“Aduhhh Inn udahhh, Sakit tauuuu.”Ayu balik kesel sambil nedumel pada Ku.

“Enggak Ayu, Iin gak marah kok, hari ini Iin hanya ingin mencari tema yang baru aja untuk artikel Iin.”
“Oh iya Ayu maaf ya, Iin duluan ya.”
“Daaa…”
“Assalamualaikum.” Ucap Ku dan berlalu meninggalkan Ayu.

“Waalaikumussalam, Indri hati-hati di jalan” jawab Ayu.

Kalau dipikir-pikir lucu juga ya kalau Aku harus ngambek pada sahabat sendiri karna hal sepele, tapi itulah indahnya persahabatan Ku, seheboh apa pun perdebatan kami, walau saling menyimpan rasa kesal di hati tapi kami tetap tau bagaimana cara untuk kembali rukun tanpa ada rasa dendam dalam hati, dan sepertinya hari ini Aku ingin melampiaskan semuanya di taman.
“Taman…!!!”
“Mmmm ya di taman” gumam ku dalam hati.

Sebuah tempat yang menjadi favorite Ku ketika ingin melampiaskan segala sesuatu yang sedikit membuat penat hati dan fikiran Ku. Menulis artikel hanya sebuah alasan semata untuk menyamarkan seberkas masalah yang tengah melanda, dan tempat yang paling Ku gemari saat berada di taman adalah Sebuah bangku yang posisinya berada tepat di bawah pohon beringin yang cukup rindang. Ku buat posisi yang senyaman mungkin, lalu membuka laptop dan menari lah jemari ini di papan keyboard, mengetik kata demi kata sehingga menghasilkan sebuah artikel yang menurut Ku cukup bermakna. Sambil mendengarkan lagu bersemilir angin sepoi-sepoi, entah kenapa seketika saja aku menghentikan ketikan pada keyboard laptop, seolah terngiang di kepala segumpal kenangan tentang Aku dan dirinya yang membuat Ku sedikit meneteskan air mata.

“Kenapa…?”
“Kenapa bayang-bayang mu di masa lalu kian terlintas di kepala, bahkan suara nada saat engkau bicara pun masih dapat Ku eja.”(berbisik hati kecil Ku).

“Indri...!!!”
“Dengar baik-baik ya, Aku janji pada mu suatu saat nanti aku akan datang untuk menikahi mu.”
“Kamuuuuu…!!!”
“Kalau ingin bepergian kemana-mana itu hati-hati ya ...!!!”
“Jangan lupa sholat.”
“Indri sampai kapan pun Aku gak akan pernah ninggalin kamu.”
“Oh iya ini sudah malam, kamu tidur ya, aku ngak mau kamu sampai sakit, aku sangat menyayangi kamu Indri. Mustahil sekali kan bagi Ku untuk meninggalkan Mu.”
“Dengar ya, saat di luar tak ada wanita lain yang Aku cintai selain kamu Indri.”
“Percayalah…!!!
“Aku akan datang kembali untuk Mu dan menjadikan Mu halal Ku.”

Beberapa kalimat yang sampai saat ini masih dapat Ku eja dan tak tau jeda apa yang dapat melupakannya, masih terasa sakit di perasaan setelah menyadari paitnya sebuah kenyataan. Air mata yang tadinya menetes perlahan kini menjadi tangisan kecil yang tidak dapat Ku tahan, rasanya pilu sekali saat masalalu itu kembali bermain dalam fikiran, semua kenangan manis kini seolah menjadi pahit, dan sosok yang tengah memenuhi ruang ingatan Ku saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah kamu Bob.
“Indri maaf…”
“Sepertinya kita tidak bisa kembali untuk melanjutkan hubungan ini, kepribadian kita berbeda. Kamu tidak perlu menjauh, karena Aku tau bagaimana caranya diri ini harus berjalan mundur.”
“Mungkin ini merupakan sebuah awal yang sulit dalam hidup Mu, semoga aja kamu terbiasa dengan ketidak hadiran Ku dalam kehidupan Mu.”

“Kalimat terakhir Mu itu begitu pahit untuk Ku terima setelah sekian banyak rasa manis yang kurasakan darimu. Mungkin air mata merupakan bukti bahwa sampai sekarang pun Aku belum bisa menelan utuh rasa pahit bekas perlakuan Mu dulu bob.”

Kata-kata itu datang lagi dan menyebabkan luka lama kian terbuka, sakit sekali rasanya sampai Aku sulit menahan sesaknya tekanan dalam dada yang menurut Ku itu sanga menyiksa. Sejak kejadian itu rasanya Aku pun ingin mencoba untuk lebih fokus belajar memperdalam ilmu agama dan selalu berusaha untuk Istiqomah pada tujuan Ku yang sekarang.
“Cinta yang dulunya selalu terbuka tuk saling berungkap tanya kini telah berubah, berubah menjadi “mencintainya dalam diam.”

Itulah yang kini tengah Ku rasakan ,kejadian yang Ku alami mungkin hanya dianggap sebagai batas kewajaran anak remaja saat masa panca roba. Tapi ini sudah tiga tahun lebih Boby tak menemui Ku, jujur saja dalam diam sering Aku berharap, ingin sekali rasanya Aku bertemu dengan mu Bob. Ada rindu yang ingin menceritakan seluruh keluh kesahnya hati Ku akibat perbuatan Mu dulu. Tapi aku tahu dan salah satu hal yang sangat Ku sadari itu merupakan suatu hal yang sangat mustahil, walau pun pikiran Ku seolah selalu tertuju pada Mu, saat ini Aku hanya bias berharap bahwa dirimu kini sudah mempunyai sosok yang baru dan tentunya jauh lebih baik dari diriKu.

Tidak ada yang tahu tentang perihal perasaan Ku yang sekarang ini termasuk Ayu sahabat terbaik Ku sendiri. Kini yang sangat Ku percayai hanya Allah, sebagai tempat curhatan hati Ku saat mengeluh, Hanya Allah-lah Dzat yang Maha Tau, Maha Adil lagi Maha Bijaksana dan Maha Segalanya.
Sejenak ku mencoba untuk menenangkan diri, Dalam do’a ku berkata.
"Ya Allah"
Satu harapan Ku saat ini, Aku hanya ingin bertemu dengannya dalam satu waktu, dimana Aku ingin mengatakan apa yang menjadi keluh kesah Ku selama ini, tidak memintanya untuk kembali sebagai warna hidup. Tidak ya Allah.”
"Aku hanya ingin meluruskan hati yang selalu mengatakan “Rindu Akan Hadirnya.”
“Namun Aku tidak tau harus bagai mana dalam mencarinya.” Ucap hati kecil Ku yang tengah  memanjatkan Do’a.



Ku matikan laptop dan memasukkannya ke dalam tas, lalu bergegas untuk berjalan dan pergi pulang, Aku rasa hari ini sudah cukup, lapula pun Aku tidak ingin Umi khawatir karna Aku pulang terlalu telat. Sendiri berjalan seperti ini sudah hampir setiap hari Ku jalani dan sahabat yang paling setia merupakan rasa sunyi yang sampai saat ini belum ada sosok yang mempu meramaikannnya. Tanpa sengaja tiba-tiba saja mata Ku tertuju pada satu titik yang sangat menarik perhatian Ku, Aku melihat sosok pria yang menurut Ku wajahnya itu tak asing bagi Ku. Seketika itu juga langkah Ku terhenti, hati Ku tersentak membuat gelimangan air mata yang tak dapat tertahan. Lalu Ku beranikan diri untuk menghampirinya, seseorang yang berhasil mencuri perhatian Ku, tidak lain dan tidak bukan yaitu seorang pria yang sedang duduk santai di bawah rindangnya pepohonan di tepian taman.

“Boby…!!!” ku beranikan diri memanggilnya.

Hal ini sontak saja membuat ia seperti orang yang sedang kebingungan, ia menjadi gagap dan membalas teguran Ku, seolah masih ingat akan suara Ku, ahhh mungkin juga ini tingkat kegeeran yang tidak bisa Ku hilangkan dari diriKu.(Ucap hatiKu saat itu)

“I’…Iyaa” balasnya dengan seyuman.

“Bob, aku ingin bicara denganmu” lanjut Ku berkata setelah menyapanya.

“Maaf indri, hari ini Aku sangat sibuk dan harus bergegas pergi sekarang” balas Bobby dengan nada datar.
Saat itu Aku melihat Boby langsung membenahi tasnya dan hendak pergi dari hadapan Ku.

“Tiga tahun ya lamanya Aku bersahabat dengan kesunyian, angin, dan deraian air mata hanya karena menahan rindu dari Mu Boby, rindu ini dari Mu, rindu yang bercampur rasa pedih dan perih akibat tingkah laku Mu dulu, akankah engkau melupakan itu. Setiap doa Aku selalu berharap pada sang Maha Kuasa agar dipertemukn dengan Mu pada suatu waktu, hanya ingin melepaskan semua harap dalam diam, sebuah harap yang tlah lama ku pendam. Hanya itu saja Boby.” Waktu itu Aku benar-benar sudah tidak mampu lagi menahan air mata yang terus meleleh membasahi kedua pipi Ku, sambil menangis Aku tersedu-sedu mengungkapkan semuanya.

Mendengar semuanya langkah Boby pun berhenti sejenak dan membalikkan tubuhnya kearah Ku lalu berjalan untuk mendekati Ku. Ini terlalu dekat buat Ku, sampai-sampai Aku tidak sanggup menatap wajahnya, Ku tundukkan kepala menahan pandangan saat Boby berada tepat dihadapan Ku.

“Maaf, kalau Aku telah menyiksa Mu selama tiga tahun ini dengan perasaan seperti itu.” Hanya itu saja kalimat singkat yang keluar dari mulutnya.



“Bob…!!!
“Tolong dengarkan lah…!!!”
“Aku ingin berbicara pada Mu tuk menyampaikan beberapa hal lagi, tidak banyak waktu yang Ku minta dari Mu, dan Aku tak meminta Mu untuk menjawab. Jadi tolong jangan pergi hanya untuk menghindari Ku, Aku hanya ingin harap dalam diam ku lepas dan menghilang” balas Ku menjawab kalimatnya.

“katakanlah” jawab Boby.

“Taukah kamu Bob, Aku yang saat ini terikat dalam satu waktu dimana Aku tak bisa berbuat apa-apa, dan ingatkah kamu atas janji yang pernah kamu ucapkan dulu, janji itu sekarang seolah membuat Ku tertahan dalam perasaan itu, terkadang ada harapan kecil dihati datangnya engkau untuk menepati janji itu.”
“Mungkin semua seolah hal yang biasa tapi bagi Ku ini sangatlah tidak mudah, setelah apa yang Ku lewati bersama Mu di masa lalu, namun setelah semua ini terjadi, Aku belajar dari kesalahan Ku, Aku melanjutkan hijrah Ku yang tertunda, Ku maknai setiap air mata yang berjatuhan karna Mu dan menenangkan hati pada kesunyian sampai sekarang Aku bertemu dengan Mu.” Tersedu-sedu Ku bicara sambil menahan isak tangis.

Saat itu Aku melihat Boby hanya diam tertegun, ia bingung seolah ingin mengungkapkan sesuatu.
“Tapi saat ini Aku sangat bahagia Bob, bisa bertemu dengan Mu
“Tahukah kamu, Aku yang selalu mengurung hati Ku demi janji Mu.”
“Walau begitu Aku tetap tidak akan meminta Mu untuk kembali sebagai Boby yang dulu, walau hati kian berharap, Aku sadar semuanya sudah berakhir, dan sekarang Aku hanya ingin mengatan Aku rindu padamu Boby.”
“Hanya itu kalimat singkat yang selalu menghiasi benak Ku, terima kasih untuk semuanya, dan maafkan Aku dari semua kesalahan Ku dimasa lalu.”
“Sekarang Aku siap meninggalkan perasaan ini dan mulai membuka hati Ku untuk orang lain, Kamu boleh pergi sejauh mungkin dan tak perlu kembali lagi. Karna harap dan pinta hatiku sudah lepas, Kamu nggak perlu khawatir Aku akan mengganggu Mu lagi.
“Mulai sekarang pun Aku tidak akan mengusik sedikit pun tentang kehidupan Mu.” “Assalamualaikum….” Kalimat terakhir yang ku ucap saat hendak meninggalkan Boby dengan wajah sembab kemerahan.

Bagi Ku semuanya kini merupakan awal dari pengakhiran, semua sudah terpecahkan. Kemauan dari sang hati dan kini Aku sudah siap melepas semua janji-janji. Menjalankan sunahnya Rasillullah dan perintah Allah jadi sasaran utama dalam hidup Ku. Doa yang berbalut rindu pada seseorang kini sudah tak dipanjatkan lagi dalam sya’ir harapan Ku. Melepas janji dan membuka hati untuk siapa pun yang datang, semuanya Ku maknai dalam diam, sampai tibanya pada waktu malam, saat dimana waktu yang tepat berada di pinggir kolam bersama sahabat si angin manja, deraian air mata bekas sisa dari kesunyian, sejenak Ku bermunajat memohon secercah harapan pada yang Maha segalanya.
“wahai pemiik hati yang tak pernah Ku tahu, datanglah pada saat yang tepat, saat dimana aku siap menerima Mu sebagai pujaan hati yang diridhoi Allah.” Ucap Ku dalam hati saat berdoa.

Three years latter.

Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Aku melewati semuanya, dan allhamdulillahnya semua terasa jauh lebih baik, study di perguruan tinggi Ku pun sudah selesai, kini Aku sedang menunggu proses untuk naik ke jenjang selanjutnya, lebih tepatnya Aku akan menyambung pendidikan Ku sampai pada tinggkatan S2. Sembari menjalani peroses, Aku membarenginnya dengan menjadi tenaga pengejar disebuah sekolah menengah pertama yang ada di kota Ku. Walau pun sudah sejauh ini tapi Aku masih saja suka mengunjungi taman tempat faforit Ku dulu. Kali ini bukan untuk mengarang sebuah artikel atau sekedar mngingat seseorang, Aku yang sekarang hanya ingin berjalan-jalan menikmati pagi weekend yang menurut Ku hari ini sangat bersahaja, dan tiba-tiba saja Aku mendengar ada yang memanggil Ku.

“Indri…!!!
"Heyyy!!!
”Masya Allah Indri, Aku sangat rindu pada Mu, akhirnya kita bisa bertemu lagi ya.” Ucap seorang wanita bernama Ayu, bahkan ia tidak segan-segan untuk langsung menyergap dan memeluk Ku.

Ya ampunnnn, ternyata ia adalah Ayu, sahabat terbaik yang pernah Aku punya, setelah sekian lama tidak jumpa akhirnya tanpa disengaja kami pun berjumpa, tapi kali ini Aku agak heran karna ia sekarang sudah banyak perubahan, apa lagi saat aku melihat ia sedang menggendong seorang bayi.

"Ayu ini siapa…?”
Apa Kamu sudah menikah…?”
“Apa ini anakmu…?”
“Masya Allah Ayu lucu nya” ucapku seraya bahagia.

“Ia ini anak Ku, Indri apa kamu sudah menikah…? Tanya Ayu waktu itu.

Belum Ayu…” Jawab Ku pada Ayu.
“Ayu  kamu doakan ya, semoga aja Aku cepat menyusul seperti mu.” Dengan senyum sumringah Ku utarakan paadanya.

Tidak lama kemudian tiba-tiba hadir seorang pria menghampiri Ayu, Pria tersebut membawakan tas dengan perlengkpan bayi untuknya. Semakin dekat dan menghampiri kami berdua. Sontak saja kejadian ini sangat membuat Aku kaget dan terkejut saat melihat laki-laki itu yang ternyataaaa.
“Bob…. Bob… Boby” desis suara Ku agak tertahan.

Hey Indriii ”. Boby pun membalas kalimat sapaan Ku.
Saat itu Aku hanya dapat terdiam dan yang ada dalam benak Ku sekarang adalah Boby merupakan sosok yang sudah menikah dengan sahabat baik Ku sendiri, Ku lihat Boby begitu bahagia dan Aku hanya bisa  tersenyum manis sambil menitikan air mata. Aku tidak dapat berbohong pada diri Ku sendiri, sebelum Aku mengetahui hal ini sebenarnya masih ada sedikit harapan Ku tuk kembalinya boby dalam hidup Ku, tapi mau bagai mana lagi, kali ini semua benar-benar kandas oleh sahabat baik Ku sendiri.
“Maaf sepertinya Aku lupa ada janji dengan seseorang, Aku harus pergi sekarang, Assalamualaikum” ucap ku sambil berlari kecil meninggalkan Ayu dan Boby.

Dulu hati ini pernah terluka dan patah tapi kini luka itu kembali menganga dengan membawa rasa sakit yang berbeda, ya Allah Perih sekali rasanya, seolah-olah sangatlah menyesakkan dada, bahkan terasa semakin pedih seolah luka lama yang kian meradang kembali. Sudah sejauh ini semua berlalu tapi mengapa harus kembali dengan cara seperti ini, air mata yang telah lama beristirahat kini harus memulai aktifatasnya dengan masalah yang sama. Hari ini perasaan Ku benar-benar campur aduk menjadi satu. Langkah Ku terhenti sejenak, mencoba menenangkan hati yang seolah berbicara pada angin teduh yang ada di dalamnya.

“Indri…!!!”
“Kamu boleh saja pergi sejauh mungkin dari masa lalu Mu, tapi bukan berarti kamu tidak membuka hati Mu dan mengurung semua perasaan Mu di sana.”
“Indri, berhentilah mengurung perasaan dalam hati Mu seperti itu. Maafkan semua apa yang telah terjadi.” Ucap seorang laki-laki di belakang ku.

Ku balikkan tubuh dan menghapuskan air mata.
“Bob, Udah ya berhentilah berkata seperti itu, Oia selamat berbahagia ya bersama Ayu.” Ucap ku agak lantang.

“Haaaaa apa!!!
“Bahagia apa maksud mu.....?” tanya Boby agak bingung.

“Udah ya Boby, mendingan kamu itu Pergi dan jangan pernah muncul lagi di hadapan Ku, karena Aku sudah tidak ingin melihat Mu lagi.” Lanjut ku bicara.

Tak lama Ayu pun datang dengan seorang laki-laki yang menggendong anaknya.
“Indri sepertinya kamu sudah salah paham. Boby ini bukanlah suamiku, aku tidak mungkin menikah dengannya. Boby ini adalah adik sepupu Ku lo Indri.” Ucap Ayu seolah menjelaskan yang saat itu Ayu tepat berada di samping Boby.
“Maafin Aku ya kalau selama ini, aku menyembunyikan bahwa Boby ini adalah sepupu Ku, karena memang cuma Aku yang harus mengawasinya. sekali lagi Aku benar-benar minta maaf Inn.” Ucap Ayu.

“Hati mu boleh saja rapuh di masa lalu karena Aku, tiga tahun lamanya Aku kembali mencoba menemui Mu Indri, tak kunjung jua Ku dapat kesempatan tuk memulainya.” Sambung Boby.
“Untuk apa lagi kamu menemui Ku…?”
“Bukankah semuanya sudah cukup.” Balas ku dengan nada cetus.

“Tentu saja untuk menepati janji Ku delapan tahun yang lalu ketika kita baru beranjak SMA dan saat itu Aku memang berjanji, kelak di masa depan Aku akan menikahi dan menjadi Imam yang baik untuk Mu. Aku tidak peduli ada berapa banyak orang yang menganggap itu hanyalah sebuah janji belaka pada saat SMA. Ingatkah kamu Indri, saat kita bertemu di taman tiga tahun yang lalu, bukankah kamu yang mengingatkan Ku pada sebuah janji yang telah ku ucapkan. Saat itu hati Ku seolah tersentak dan merasa ini tak bisa berakhir begitu saja. Aku memang meninggalkan Mu, lalu seolah membenci Mu, tapi Ayu membimbing Ku untuk mendalami Islam dan aku dibantu oleh mas Ikbal suaminya. Betapa kagetnya hati Ku perasaan Ku ternyata masih utuh tertuju pada Mu.” Ucap Bobby menjelaskan.Kata-kata itu dan semua seolah membuat ku kehabisan kata.

“Aaa…. Aa… akuu….” ucap ku dengan terbata-bata.

“Indri, Maukah kamu menikah dengan Ku” Boby bertanya kepada ku.

“Maaf Bob aku tidak bisa” jawab ku singkat.

“Mengapa…?”
Apa kah sudah terlambat buat ku memperbaiki segalanya?
“apa kamu sudah mencintai orang lain…?” tegang raut wajahnya saat bertanya pada Ku.

“Bukan Bob, tapiiiii…..”

“Tapi apa Indri…” Dia ga sabar dan langsung memotong perkataanku dengan raut wajah yang semakin tegang dan ini membuat Ku tak bisa menaha geli di hati.

“Boby, mana mungkin Aku menikah dengan mu, sedangkan kamu saja belum mendatangi wali ku” Itulah jawaban Ku padanya.

Bobby pun tersenyum. :)
“Indri…Indri… saat-saat seperti ini kamu masih saja ya sempat membuat perasaan di hati Ku tegang.” “Baiklah, kali ini Aku tidak akan menunda-nunda lagi,
“Besok aku akan datang ke rumah Mu untuk melamar Mu Indri” ucap Bobby dengan tawa kecil di wajahnya.

Ayu langsung memeluk Ku sambil berkata.
"Selamat ya cantik, semoga rencana kalian berdua ini diRidhoi Allah ya, amiinnn", Ucap Ayu dan mas Iqbal seraya ikut senang.


Malam berikutnya di mana Aku sudah melewati setiap malam dalam sepi, kali ini Aku hanya mencoba bertemu dengan sahabat lama, yaitu angin malam dan kesunyian tanpa adanya deraian air mata. Dan pada keesokan harinya, Bobby beserta keluarganya datang ke rumah Ku, tentu saja untuk menyampaikan niat baiknya, untuk meminang Ku. Setelah berbincang-bincang banyak dan merencanakan pernikahan, Aku pamit untuk pergi ke halaman belakang rumah, Aku berdiri di pinggir kolam renang, sambil merenungkan semuanya.

“Kenapa…?”
“Kamu masih mau bersahabat dengan kesunyian, angin dan deraian air mata lagi.” Tiba-tiba terdengar suara Boby yang berkata di belakang ku.

Seketika itu Aku membalikkan tubuh dan menghadap ke Bobby.
Tentu saja Tidak,” jawab Ku tersenyum.
“aku hanya sedang memikirkan sesuatu” jawab Ku lagi.

Oh yaaaa, apa itu ?”Bobby bertanya pada Ku.

Ku balikkan tubuh Ku lagi sambil berkata.
“Sebenarnya masih ada sedikit penyesalan kecil di hati Ku, dulu mana kala setiap Ku merindukan Mu, selalau Ku panjatkan do’a dan Ku sebut nama Mu di setiap kalimatnya. Hanya nama Mu yang senantiasa Ku utarakan dalam do’a. Tapi berdosanya Aku yang dulu sempat berprasangka buruk terhadap Allah, Aku tidak yakin akan berjodoh dengan Mu. Aku mulai ragu akan janjinya, Namun Alhamdulillah sekarang Allah telah menyatukan Ku kembali dengan Mu Boby.” Senyum ku menghiasi akhir kalimat.

Apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah, itu tidak akan bisa di ubah lagi dengan siapa pun.” Jawab Bobby menyambung kalimat Ku.

“Mmmmm iya lah tu yang sekarang sudah pintar agama ?” ledek Ku sambil tertawa kecil melihat Boby.

“Alhamdulillah, ya walau pun sekarang belum sempurna, dengan niat baik dari kedatangan Ku ini, Aku benar-benar ingin kamu yang jadi penyempurnanya.”
“Kan Aku mau jadi imam kamu, Jadi sosok yang mampu menjaga kamu, bertanggung jawab atas kebahagiaan Mu di dunia dan akhirat.” jawab Boby.

Hanya tersenyum lebar yang bisa ku lakuakn, Aku benar-benar malu di buatnya, sampai-sampai tidak berani untuk menatapnya langsung, dan aku pun hanya bisa tertunduk serta tersipu bahagia dihadapannya.
“Bob aku masuk dulu ya, Assalamualaikum.” Ucap Ku yang langsung membalikkan tubuh dan berjalan masuk kedalam rumah.

"Ya elah, pasti da baper tu” ucap Boby yang diselinin dengan tawa.
“Indri, Indri dulu Aku memang menghindar dari Mu, tapi semua bukan semata-mata karena tidak mencintai Mu, bahkan untuk melupakan Mu saja Aku tak mampu, Mungkin inilah saatnya aku bertanggung jawab atas semuanya. Setelah semua jurang terjal yang mampu engkau lewati, kini saatnya untuk mendapatkan hak dari kebahagian Mu yang tertunda, kali ini Aku benar-benar berjanji pada Tuhan Ku untuk Mu. Akan Ku bahagiakan dirimu, diri mu yang senantiasa menunggu Ku. Jujur, hanya Aku dan tuhanku yang tahu, pada satu kata yang tidak dapat terucap dalam diriku. Sebuah rindu yang menjelma bagai kalbu yang telah lama menghancurkan keramaian hatiku, sama seperti diri Mu, Aku mengubah semua kata menjadi bait do’a setiap harinya, rindunya Aku akan dirimu, Seolah datang tak terduga namun tak dapat menghilang begitu saja, tekadang pedih hati ini saat membanyangkan dirimu yang tengah sendiri menangis dalam kesunyian hingga engkau korbankan hatimu untuk menanti Ku. Ini saatnya Aku akan membahagiakan Mu Indri."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRUKTUR KEPUTUSAN (Bagian 1)

STRUKTUR KEPUTUSAN (Bagian 1)         Langsung Unduh Tujuan Memberikan pemahaman tentang struktur keputusan atau pemakaian selection If. Struktur Keputusan Struktur keputusan adalah struktur program yang melakukan proses pengujian untuk mengambil suatu keputusan apakah suatu baris atau blok instruksi akan diproses atau tidak. Pengujian kondisi ini dilakukan untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif  yang tersedia. IF … THEN … ELSE  STATEMENT A.  Pengambilan Keputusan Antara 2 (Dua) Pilihan Bentuk Penulisan: If [Ekspresi Logika] Then         [Statement 1] Else         [Statement 2] End if   Struktur keputusan ini akan menguji Ekspresi Logika (kondisi) yang ditentukan, jika kondisi bernilai True  (benar) maka  Statement1   akan diproses, tetapi jika kondisi bernilai  False  (Salah) maka Statement2 ...
Mungkin.........!!! Aku tak sebagus sunrise......... Tak juga sebening embun yang menetes............ Tak seindah langit jingga saat senja......... Karna apa........??? Aku bukanlah mereka.......... Inilah aku yang apa adanya........ Aku yang sederhana dengan sejuta mimpi didalamnya....... Aku yang masih jauh dari kata sempurna........ AkhlakKu juga tak mulia........ Berbekal Ilmu pengetahuan yang tak seberapa....... Aku mengakuinya karna aku bukanlah Kamu, Dia, dan juga Mereka. Inilah aku yang sebenarnya......... Menjadi diriku dengan segala kekuranganku......... Menjadi diriku dengan segala kelebihanku......... By : Bobbay Crispy

PERULANGAN (LOOPING)

PERULANGAN (LOOPING) Langsung Unduh           Tujuan Memberikan pemahaman tentang perulangan dan penggunaannya sesuai perintah. Perulangan Perulangan digunakan untuk mengulang kode program (repetition, looping, recursive). selama kondisi memenuhi, kode dalam statements akan diulang terus-menerus hingga kondisi tidak lagi memenuhi. Jika terjadi kesalahan dalam penulisan kode, looping tidak akan berhenti dan menimbulkan error. Dalam visual Basic 2008 terdapat beberapa perintah yang dapat digunakan untuk perulangan, yaitu: a.      For … Next b.      Do … Loop c.      While…End While Setiap perulangan mempunyai kelebihan masing-masing, sehingga dapat dipilih sesuai dengan masalah yang dihadapi. For … Next Statement Loop dengan perintah For...Next cocok digunakan untuk perulangan dengan jumlah yang pasti. Bentuk Penulisan: For  Var = [Mul...