Do’a
Baik Untuk Nya
Kali
ini mungkin aku tak lagi samar dengan perasaanku, sebuah perasaan yang kian
membanyang diingatan. Semilir hembusan angin yang mengikuti suara helaan nafas,
dengan deraian
air mata seolah berusaha menjadi hiasan, semua membalut dalam kesunyian yang
menjadi tema dalam sebuah cerita yang sudah seperti sahabat menurut Ku, dan Semua sepertinya sudah meresap dan
menyatu dalam hidup Ku yang senantiasa berjalan berdampingan sebagai pelengkap
kalbu. Bahkan semilir nyanyian angin di dalam kesunyian pun terkadang tak dapat
menahan deraian airmata Ku yang berjatuhan.
Adakah
waktu yang enggan bersahabat denganku…?
Mempertemukan
Aku yang rindu akan hadirnya dirimu, pada Mu ingin Ku ceritakan semua apa yang
ada di dalam angan yang kian menyiksa Ku setiap saat dalam satuan waktu. Diary seorang gadis cantik dengan
senyum manis yang menggoyahkan jiwa.
“Indri”
Itulah
namaku.
Aku
yang sekarang berumur22 tahun dan tengah menjalani sebuah study di sebuah
Universitas Islam yang ada di kota Ku, tepatnya di Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
“Sholat
Isya dulu kak, jangan seperti itu bengong sendirian di pinggir kolam, ntar
kesambet loh, mendingan juga kakak masuk dan sholat dulu.” Teriak seorang gadis
kecil yang mendekat ke arah ku.
“Kamu
ngapain ke sini, Gi sana
masuk......!!!”
“Iiihh….
Bawel bangat ya, pasti disuruh Umi ni....?”
jawab Ku.
“Iya,
karna ini uda malem, jadi umi nyuruh kak Indri buat sholat, masuk kak, ayo
masuk!” ucap gadis kecil itu barulang sambil menarik tanganku.
“Iiii…
adek bawel yaaa, sono ge masuk duluan, kalo ngak kakak ceburin ni kamu ke kolam.
Mau.....!!!”,
Ucapku padanya dengan sedikit kesal.
“Umiii….
kak Indri ngak mau masuk, umiii…. umi….” teriak adikku seolah meledek.
Tanpa
aba-aba, langsung ku bengkam saja mulut adekku.
“Iya
iya, ini masuk, dasar bawel yaaa” ucap Ku sambil ngedumel.
Ku
kerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban Ku, dan begitu lah setiap malam yang
kulewati, kalau buakan karna adik dan pengertian dari Umi Ku mungkin ini akan
melarutkan Ku dalam malam yang panjang.
Pagi
ini Aku benar-benar kesiangan dan Ku lihat Umi sudah merapikan piring makanan
di meja makan, Aku hanya sempat meminum susu yang sudah di sediakan oleh Umi di
meja makan, dan buru-buru berpamitan melawatkan sarapan pagi Ku.
“Umi,
Indri hari ini ada kuliah pagi, Indri berangkat ya Umi. Assalamualaikum.” Ucap
ku yang buru-buru mencium tangan umi.
“Indri,
kamu ngak mau sarapan dulu…!!!” tanya umi.
“Tidak
umi, Indri sudah telat. Umi Indri berangkat ya, Ayu sepertinya sudah menjemput
Ku. Daa, Umi…!!!” Ucap Ku terburu-buru samba melangkah meninggal kan Umi.
Waktu
itu Aku hanya melihat umi Ku menggelengkan kepala, Aku berlalu dan langsung
menghampiri sahabat Ku yang sudah stand by di depan pintu rumah Ku.
“Ayu
maaf ya udah nunggu lama”
“hehehe
udah lama yaaaa,,,,!!!”
”
ucappan Ku waktu itu dengan senyum seolah tak berdosa padanya.
Kami
berdua pun berangkat menggunakan sepeda motor yang di kendarai Ayu. Saat sampai
di kampus, kami langsung masuk kelas, dan untungnya dosen yang mengisi
matakuliah hari ini belum masuk, hal ini membuat Ku dapat tersenyum lega.
“Allhamdulillah…”
Ucapku dalam hati.
“Indri…!!!
“Aku
punya temen nih, namanya Akbar, orangnya ganteng dan dia hafis lo, dia juga menjalankan
sunnahnya Rosulullah, taat kepada agama, taat kepada orang tua,,,
“taat
kepada saudara-saudaranya, taat kepada kakeknya, neneknya, pamannya, tantenya,
sampe keponakan-keponakannya dan sekalian aja tu semua tetangganya juga tu di
ta’atin.”
“Oh
gitu ya” ucap Ku yang langsung menyela pembicaraan sahabat Ku saat itu yang
seolah ngeledek.
“Ayu
mau berapa banyak lagi laki-laki yang kamu ingin kenalkan kepada Ku...?
“Ayu udah ya tolong, berhenti…!!!”
“Aku
yang saat ini tidak ingin mencintai seseorang, Sekarang aku hanya ingin …..”.
“Ingin
apa sih Indri… ???
“Fokus
sama kuliah Mu, fokus menghafal Al-Qur’an, fokus menulis artikel, dan kamu
ingin fokus ke Allah.”
“Gitu
kan…!!!” ucap Ayu yang langsung menyela balik perkataan Ku dengan nada sedikit agak kesal.
“Ia
aku tau Indri itu baik, tapi nih ya, semenjak kamu putus dengan Boby, kamu tuh
jadi berbeda. Kamu tuh jadi seperti orang yang takut akan yang namanya jatuh
cinta. Apa sih kelebihannya…!!!”
“Boby
tuh laki-laki yang buruk dan
tabiatnya pun juga
ga baik, jadi buat apa
coba kamu harus selalu mengingatnya.”
“Inn,
udah ya kamu ngak perlu nyeselin dia yang udah mutusin kamu” lanjut Ayu.
“Ayu,
udah stop…!!!
“Aku
ngak mau bahas dia lagi dan aku juga ngak takut yang namanya jatuh cinta.
Aku
hanyaaa….” Sambil menundukan pandangan.
“Aku
hanya ingin memperbaiki diriku dengan berhijrah di jalan Allah, senantiasa
istiqomah dalam jalan Nya, dan semoga mendapatkan jodoh yang sholeh sesuai
dengan kalam Nya.”
“Ayu
dengerin Aku ya, Aku tu pacaran dengan Boby kan waktu Aku masih labil dan itu
masa kita tengah duduk di bangku kelas 3 SMP, jadi lupakanlah…!!!”
Setelah
itu Aku diam, kuharap Ayu mengerti karna Aku ingin menyudahi pembicaraan ini
dan tak lama Ayu menegur.
"Inn, jangan marah dong, yahh… dia marah lagi.”
“Bodohnya
kamu Yuuu, ngapain juga sih kamu bahas Bobby lagi.”
“Boby…
Boby.!!!”
“Semuanya
ini beberan mutlak gara-gara Mu Bob, terus aja Bob…. Terus..... !!!”
“Hedeehhh….”
Ayu bergumam dalam hati.
Saat
Jam kuliah berakhir, Aku sudah melihat Ayu ternyata sudah stand by di atas
sepeda motornya sambil menunggu kedatangan
Ku. Ku hampiri lalu berkata.
“Ayu
maaf ya, aku hari ini ngak bias pulang bareng kamu. Kamu duluan aja ya”.
“Loh
kenapa inn ...?”
Ayu agak terkejut.
“Loh
kok gitu sih...?”
“Kamu
masih marah sama aku ya....???”
“Apa
karna aku bahas Bobby...?”
lanjut Ayu bertanya.
Saat
itu Aku hanya tersenyum melihat ekspresi
sahabat Ku dan sepertinya dia mengira Aku beneran marah padanya.
“Kamu ini yaaa,” Sambil mencubit dan mnarik pipi sahabat Ku yang cantik.
“Aduhhh
Inn udahhh, Sakit tauuuu.”Ayu balik kesel sambil nedumel pada Ku.
“Enggak
Ayu, Iin gak marah kok, hari ini Iin hanya ingin mencari tema yang baru aja untuk artikel
Iin.”
“Oh
iya Ayu maaf ya, Iin duluan ya.”
“Daaa…”
“Assalamualaikum.”
Ucap Ku dan berlalu meninggalkan Ayu.
“Waalaikumussalam,
Indri hati-hati di jalan” jawab Ayu.
Kalau
dipikir-pikir lucu juga ya kalau Aku harus ngambek pada sahabat sendiri karna
hal sepele, tapi itulah indahnya persahabatan Ku, seheboh apa pun perdebatan
kami, walau saling menyimpan rasa kesal di hati tapi kami tetap tau bagaimana
cara untuk kembali rukun tanpa ada rasa dendam dalam hati, dan sepertinya hari
ini Aku ingin melampiaskan semuanya di taman.
“Taman…!!!”
“Mmmm
ya di taman” gumam ku dalam hati.
Sebuah
tempat yang menjadi favorite Ku ketika ingin melampiaskan segala sesuatu yang
sedikit membuat penat hati dan fikiran Ku. Menulis artikel hanya sebuah alasan
semata untuk menyamarkan seberkas masalah yang tengah melanda, dan tempat yang
paling Ku gemari saat berada di taman adalah Sebuah bangku yang posisinya
berada tepat di bawah pohon beringin yang cukup rindang. Ku buat posisi yang
senyaman mungkin, lalu membuka laptop dan menari lah jemari ini di papan
keyboard, mengetik kata demi kata sehingga menghasilkan sebuah artikel yang
menurut Ku cukup bermakna. Sambil mendengarkan lagu bersemilir angin
sepoi-sepoi, entah kenapa seketika saja aku menghentikan ketikan pada keyboard
laptop, seolah terngiang di kepala segumpal kenangan tentang Aku dan dirinya
yang membuat Ku sedikit meneteskan air mata.
“Kenapa…?”
“Kenapa
bayang-bayang mu di masa lalu kian terlintas di kepala, bahkan suara nada saat
engkau bicara pun masih dapat Ku eja.”(berbisik hati kecil Ku).
“Indri...!!!”
“Dengar
baik-baik ya, Aku janji pada mu suatu saat nanti aku akan datang untuk menikahi
mu.”
“Kamuuuuu…!!!”
“Kalau
ingin bepergian kemana-mana itu hati-hati ya ...!!!”
“Jangan
lupa sholat.”
“Indri
sampai kapan pun Aku gak akan pernah ninggalin kamu.”
“Oh
iya ini sudah malam, kamu tidur ya, aku ngak mau kamu sampai sakit, aku sangat
menyayangi kamu Indri. Mustahil sekali kan bagi Ku untuk meninggalkan Mu.”
“Dengar
ya, saat di luar tak ada wanita lain yang Aku cintai selain kamu Indri.”
“Percayalah…!!!”
“Aku
akan datang kembali untuk Mu dan menjadikan Mu halal Ku.”
Beberapa
kalimat yang sampai saat ini masih dapat Ku eja dan tak tau jeda apa yang dapat
melupakannya, masih terasa sakit di perasaan setelah menyadari paitnya sebuah
kenyataan. Air mata yang tadinya menetes perlahan kini menjadi tangisan kecil
yang tidak dapat Ku tahan, rasanya pilu sekali saat masalalu itu kembali
bermain dalam fikiran, semua kenangan manis kini seolah menjadi pahit, dan
sosok yang tengah memenuhi ruang ingatan Ku saat ini tidak lain dan tidak bukan
adalah kamu Bob.
“Indri
maaf…”
“Sepertinya
kita tidak bisa kembali untuk melanjutkan hubungan ini, kepribadian kita berbeda.
Kamu tidak perlu menjauh, karena Aku tau bagaimana caranya diri ini harus
berjalan mundur.”
“Mungkin
ini merupakan sebuah awal yang sulit dalam hidup Mu, semoga aja kamu terbiasa
dengan ketidak hadiran Ku dalam kehidupan Mu.”
“Kalimat
terakhir Mu itu begitu pahit untuk Ku terima setelah sekian banyak rasa manis
yang kurasakan darimu. Mungkin air mata merupakan bukti bahwa sampai sekarang
pun Aku belum bisa menelan utuh rasa pahit bekas perlakuan Mu dulu bob.”
Kata-kata
itu datang lagi dan menyebabkan luka lama kian terbuka, sakit sekali rasanya
sampai Aku sulit menahan sesaknya tekanan dalam dada yang menurut Ku itu sanga
menyiksa. Sejak kejadian itu rasanya Aku pun ingin mencoba untuk lebih fokus
belajar memperdalam ilmu agama dan selalu berusaha untuk Istiqomah pada tujuan
Ku yang sekarang.
“Cinta
yang dulunya selalu terbuka tuk saling berungkap tanya kini telah berubah, berubah
menjadi “mencintainya dalam diam.”
Itulah
yang kini tengah Ku rasakan ,kejadian yang Ku alami mungkin hanya dianggap
sebagai batas kewajaran anak remaja saat masa panca roba. Tapi ini sudah tiga
tahun lebih Boby tak menemui Ku,
jujur saja dalam diam sering Aku berharap, ingin sekali rasanya Aku bertemu
dengan mu Bob. Ada rindu yang ingin menceritakan seluruh keluh kesahnya hati Ku
akibat perbuatan Mu dulu. Tapi aku tahu dan salah satu hal yang sangat Ku
sadari itu merupakan suatu hal yang sangat mustahil, walau pun pikiran Ku seolah selalu tertuju
pada Mu, saat ini Aku hanya bias berharap bahwa dirimu kini sudah mempunyai
sosok yang baru dan tentunya jauh lebih baik dari diriKu.
Tidak
ada yang tahu tentang perihal perasaan Ku yang sekarang ini termasuk Ayu
sahabat terbaik Ku sendiri. Kini yang sangat Ku percayai hanya Allah, sebagai
tempat curhatan hati Ku saat mengeluh, Hanya
Allah-lah Dzat yang Maha Tau,
Maha Adil lagi Maha Bijaksana dan Maha Segalanya.
Sejenak
ku mencoba untuk menenangkan diri, Dalam
do’a ku berkata.
"Ya Allah…"
“Satu harapan Ku saat ini, Aku hanya ingin bertemu
dengannya dalam satu waktu, dimana Aku ingin mengatakan apa yang menjadi keluh
kesah Ku selama ini, tidak
memintanya untuk kembali sebagai warna hidup. Tidak ya Allah.”
"Aku hanya ingin meluruskan hati yang
selalu mengatakan “Rindu Akan
Hadirnya.”
“Namun
Aku tidak tau harus bagai mana dalam mencarinya.” Ucap hati kecil Ku yang
tengah memanjatkan Do’a.
Ku matikan laptop
dan memasukkannya ke dalam tas, lalu
bergegas untuk berjalan dan pergi
pulang, Aku rasa hari
ini sudah cukup, lapula pun Aku tidak ingin Umi khawatir karna Aku pulang
terlalu telat. Sendiri berjalan
seperti ini sudah hampir setiap hari Ku jalani dan sahabat yang paling setia
merupakan rasa sunyi yang sampai saat ini belum ada sosok yang mempu
meramaikannnya. Tanpa sengaja tiba-tiba saja mata Ku tertuju pada satu titik
yang sangat menarik perhatian Ku, Aku
melihat sosok pria
yang menurut Ku wajahnya itu tak asing bagi Ku. Seketika itu juga langkah Ku
terhenti, hati Ku tersentak membuat gelimangan air mata yang tak dapat
tertahan. Lalu Ku beranikan diri untuk menghampirinya, seseorang yang
berhasil mencuri perhatian Ku, tidak lain dan tidak bukan yaitu seorang pria yang sedang duduk
santai di bawah rindangnya pepohonan di tepian taman.
“Boby…!!!”
ku beranikan diri memanggilnya.
Hal
ini sontak saja membuat ia seperti orang yang sedang kebingungan, ia menjadi
gagap dan membalas teguran Ku, seolah masih ingat akan suara Ku, ahhh mungkin
juga ini tingkat kegeeran yang tidak bisa Ku hilangkan dari diriKu.(Ucap hatiKu
saat itu)
“I’…Iyaa”
balasnya dengan seyuman.
“Bob,
aku ingin bicara denganmu” lanjut Ku berkata setelah menyapanya.
“Maaf
indri, hari ini Aku sangat sibuk dan harus bergegas pergi sekarang” balas Bobby
dengan nada datar.
Saat
itu Aku melihat Boby langsung membenahi tasnya dan hendak pergi dari hadapan Ku.
“Tiga
tahun ya lamanya Aku bersahabat dengan kesunyian, angin, dan deraian air mata hanya
karena menahan rindu dari Mu Boby, rindu ini dari Mu, rindu yang bercampur rasa pedih dan perih akibat tingkah
laku Mu dulu, akankah engkau melupakan itu. Setiap doa Aku selalu berharap pada
sang Maha Kuasa agar dipertemukn dengan Mu pada suatu waktu, hanya ingin melepaskan
semua harap dalam diam, sebuah harap
yang tlah lama ku pendam. Hanya itu saja Boby.” Waktu itu Aku
benar-benar sudah tidak mampu lagi menahan air mata yang terus meleleh
membasahi kedua pipi Ku, sambil menangis Aku tersedu-sedu mengungkapkan semuanya.
Mendengar
semuanya langkah
Boby pun berhenti sejenak dan
membalikkan
tubuhnya kearah Ku lalu berjalan untuk mendekati Ku. Ini terlalu dekat buat Ku,
sampai-sampai Aku tidak sanggup menatap wajahnya, Ku tundukkan kepala menahan
pandangan saat Boby berada tepat dihadapan Ku.
“Maaf,
kalau Aku telah menyiksa Mu selama tiga tahun ini dengan perasaan seperti itu.”
Hanya itu saja kalimat singkat yang keluar dari mulutnya.
“Bob…!!!”
“Tolong
dengarkan lah…!!!”
“Aku
ingin berbicara pada Mu tuk menyampaikan beberapa hal lagi, tidak banyak waktu
yang Ku minta dari Mu, dan Aku
tak meminta Mu untuk menjawab. Jadi tolong jangan pergi hanya
untuk menghindari Ku, Aku hanya ingin harap dalam diam ku lepas dan menghilang”
balas Ku menjawab kalimatnya.
“katakanlah”
jawab Boby.
“Taukah
kamu Bob, Aku yang saat ini terikat dalam satu waktu dimana Aku tak bisa
berbuat apa-apa, dan
ingatkah kamu atas janji yang pernah kamu ucapkan dulu, janji itu sekarang seolah membuat Ku
tertahan dalam perasaan itu,
terkadang
ada harapan kecil dihati datangnya engkau untuk menepati janji itu.”
“Mungkin
semua seolah hal yang biasa tapi bagi Ku ini sangatlah tidak mudah, setelah apa
yang Ku lewati bersama Mu di masa lalu, namun setelah semua ini terjadi, Aku
belajar dari kesalahan Ku, Aku
melanjutkan hijrah Ku yang tertunda, Ku maknai setiap air mata yang berjatuhan
karna Mu dan menenangkan hati pada kesunyian sampai sekarang Aku bertemu dengan
Mu.” Tersedu-sedu Ku bicara sambil menahan isak tangis.
Saat
itu Aku melihat Boby hanya diam tertegun, ia
bingung seolah ingin mengungkapkan sesuatu.
“Tapi
saat ini Aku sangat bahagia Bob, bisa bertemu dengan Mu ☺”
“Tahukah
kamu, Aku yang selalu mengurung hati Ku demi
janji Mu.”
“Walau
begitu Aku tetap tidak akan meminta Mu untuk kembali sebagai Boby yang dulu,
walau hati kian berharap, Aku sadar semuanya sudah berakhir, dan sekarang Aku hanya ingin mengatan Aku
rindu padamu Boby.”
“Hanya
itu kalimat singkat yang selalu menghiasi benak Ku, terima kasih untuk semuanya, dan
maafkan Aku dari semua kesalahan Ku dimasa lalu.”
“Sekarang
Aku siap meninggalkan perasaan ini dan mulai membuka hati Ku untuk orang lain, Kamu boleh pergi sejauh mungkin dan tak perlu
kembali lagi. Karna harap dan pinta hatiku sudah lepas, Kamu nggak perlu
khawatir Aku akan mengganggu Mu lagi.
“Mulai
sekarang pun Aku tidak akan mengusik sedikit pun tentang kehidupan Mu.” “Assalamualaikum….”
Kalimat terakhir yang ku ucap saat hendak meninggalkan Boby dengan wajah sembab
kemerahan.
Bagi
Ku semuanya kini merupakan awal dari pengakhiran, semua sudah terpecahkan.
Kemauan dari sang hati dan kini Aku sudah siap melepas semua janji-janji.
Menjalankan sunahnya Rasillullah dan perintah Allah jadi sasaran utama dalam
hidup Ku. Doa yang berbalut rindu pada seseorang kini sudah tak dipanjatkan
lagi dalam sya’ir harapan Ku. Melepas janji dan membuka hati untuk siapa pun
yang datang, semuanya
Ku maknai dalam diam, sampai tibanya pada waktu malam, saat dimana waktu yang
tepat berada di pinggir kolam bersama sahabat si angin manja, deraian air mata
bekas sisa dari kesunyian, sejenak Ku bermunajat memohon secercah harapan pada
yang Maha segalanya.
“wahai
pemiik hati yang tak pernah Ku tahu, datanglah pada saat yang tepat, saat
dimana aku siap menerima Mu sebagai pujaan hati yang diridhoi Allah.” Ucap Ku
dalam hati saat berdoa.
Three years latter.
Tidak
terasa sudah tiga tahun lamanya Aku melewati semuanya, dan allhamdulillahnya
semua terasa jauh lebih baik, study di perguruan tinggi Ku pun sudah selesai,
kini Aku sedang menunggu proses untuk naik ke jenjang selanjutnya, lebih
tepatnya Aku akan menyambung pendidikan Ku sampai pada tinggkatan S2. Sembari
menjalani peroses, Aku membarenginnya dengan menjadi tenaga pengejar disebuah
sekolah menengah pertama yang ada di kota Ku. Walau pun sudah sejauh ini tapi Aku
masih saja suka mengunjungi taman tempat faforit Ku dulu. Kali ini bukan untuk
mengarang sebuah artikel atau sekedar mngingat seseorang, Aku yang sekarang
hanya ingin berjalan-jalan menikmati pagi weekend yang menurut Ku hari ini
sangat bersahaja, dan tiba-tiba saja Aku mendengar ada yang memanggil Ku.
“Indri…!!!”
"Heyyy…!!!”
”Masya
Allah Indri, Aku sangat rindu pada Mu, akhirnya kita bisa bertemu lagi ya.” Ucap
seorang wanita bernama Ayu, bahkan ia tidak segan-segan untuk langsung
menyergap dan memeluk Ku.
Ya ampunnnn, ternyata ia adalah
Ayu, sahabat terbaik yang pernah Aku punya, setelah sekian lama tidak jumpa akhirnya tanpa disengaja kami pun
berjumpa,
tapi kali ini Aku agak heran karna ia sekarang sudah banyak perubahan,
apa lagi saat aku melihat ia sedang menggendong seorang bayi.
"Ayu
ini siapa…?”
“Apa Kamu sudah menikah…?”
“Apa
ini anakmu…?”
“Masya
Allah Ayu lucu nya” ucapku seraya bahagia.
“Ia
ini anak Ku, Indri apa
kamu sudah menikah…? Tanya Ayu waktu itu.
“Belum Ayu…” Jawab Ku pada Ayu.
“Ayu kamu doakan ya, semoga aja Aku cepat menyusul
seperti mu.” Dengan senyum sumringah Ku utarakan paadanya.
Tidak
lama kemudian tiba-tiba hadir seorang pria menghampiri Ayu, Pria tersebut membawakan tas dengan
perlengkpan bayi untuknya. Semakin dekat dan menghampiri kami berdua. Sontak
saja kejadian ini sangat membuat Aku
kaget dan terkejut saat melihat laki-laki itu yang ternyataaaa.
“Bob….
Bob… Boby” desis suara Ku agak tertahan.
“Hey Indriii ”. Boby pun membalas
kalimat sapaan Ku.
Saat
itu Aku hanya dapat terdiam dan yang ada dalam benak Ku sekarang adalah Boby
merupakan sosok yang sudah menikah dengan sahabat baik Ku sendiri, Ku lihat Boby begitu bahagia dan Aku hanya bisa tersenyum manis sambil menitikan air mata. Aku
tidak dapat berbohong pada diri Ku sendiri, sebelum Aku mengetahui hal ini
sebenarnya masih ada sedikit harapan Ku tuk kembalinya boby dalam hidup Ku,
tapi mau bagai mana lagi, kali ini semua benar-benar kandas oleh sahabat baik
Ku sendiri.
“Maaf
sepertinya Aku lupa ada janji dengan seseorang, Aku harus pergi sekarang,
Assalamualaikum” ucap ku sambil berlari kecil meninggalkan Ayu dan Boby.
Dulu
hati ini pernah terluka dan
patah tapi kini luka
itu kembali menganga dengan membawa rasa
sakit yang berbeda, ya Allah Perih sekali rasanya, seolah-olah sangatlah
menyesakkan dada, bahkan terasa
semakin pedih seolah luka lama yang kian meradang kembali. Sudah sejauh ini
semua berlalu tapi mengapa harus kembali dengan cara seperti ini, air mata yang
telah lama beristirahat kini harus memulai aktifatasnya dengan masalah yang
sama. Hari ini perasaan Ku benar-benar campur aduk menjadi satu. Langkah Ku
terhenti sejenak, mencoba menenangkan hati yang seolah berbicara pada angin teduh
yang ada di dalamnya.
“Indri…!!!”
“Kamu
boleh saja pergi sejauh mungkin dari masa lalu Mu, tapi bukan berarti kamu
tidak membuka hati Mu dan mengurung semua perasaan Mu di sana.”
“Indri,
berhentilah mengurung perasaan dalam hati Mu seperti itu. Maafkan semua apa
yang telah terjadi.” Ucap seorang laki-laki di belakang ku.
Ku
balikkan tubuh dan menghapuskan air mata.
“Bob,
Udah ya berhentilah berkata seperti itu, Oia selamat berbahagia ya bersama Ayu.”
Ucap ku agak lantang.
“Haaaaa apa…!!!
“Bahagia
apa maksud mu.....?”
tanya Boby agak bingung.
“Udah
ya Boby, mendingan kamu itu Pergi
dan jangan pernah muncul lagi di hadapan Ku, karena Aku sudah tidak ingin
melihat Mu lagi.” Lanjut ku bicara.
Tak
lama Ayu pun datang dengan seorang laki-laki yang menggendong anaknya.
“Indri
sepertinya kamu sudah salah paham. Boby ini bukanlah suamiku, aku tidak mungkin
menikah dengannya. Boby ini adalah adik sepupu Ku lo Indri.” Ucap Ayu seolah
menjelaskan yang saat itu Ayu tepat berada di samping Boby.
“Maafin
Aku ya kalau selama ini, aku menyembunyikan bahwa Boby ini adalah sepupu Ku,
karena memang cuma Aku yang harus mengawasinya. sekali lagi Aku benar-benar
minta maaf Inn.”
Ucap Ayu.
“Hati
mu boleh saja rapuh di masa lalu karena Aku, tiga tahun lamanya Aku kembali
mencoba menemui Mu Indri, tak kunjung jua Ku dapat kesempatan tuk memulainya.”
Sambung Boby.
“Untuk
apa lagi kamu menemui Ku…?”
“Bukankah
semuanya sudah cukup.” Balas ku dengan nada cetus.
“Tentu
saja untuk menepati janji Ku delapan tahun yang lalu ketika kita baru beranjak
SMA dan saat itu Aku memang berjanji, kelak di masa depan Aku akan menikahi dan menjadi Imam yang baik
untuk Mu. Aku tidak peduli ada berapa banyak orang yang menganggap itu hanyalah
sebuah janji belaka pada saat SMA. Ingatkah kamu Indri, saat kita bertemu di taman tiga tahun
yang lalu, bukankah kamu yang mengingatkan Ku pada sebuah janji yang telah ku
ucapkan. Saat itu hati Ku seolah tersentak dan merasa ini tak bisa berakhir
begitu saja. Aku memang meninggalkan Mu, lalu seolah membenci Mu, tapi Ayu
membimbing Ku untuk mendalami Islam dan aku dibantu oleh mas Ikbal suaminya.
Betapa kagetnya hati Ku perasaan Ku ternyata masih utuh tertuju pada Mu.” Ucap
Bobby menjelaskan.Kata-kata itu dan semua seolah membuat ku kehabisan kata.
“Aaa….
Aa… akuu….” ucap ku dengan terbata-bata.
“Indri,
Maukah kamu menikah dengan Ku” Boby bertanya kepada ku.
“Maaf
Bob aku tidak bisa” jawab ku singkat.
“Mengapa…?”
“Apa kah sudah terlambat buat ku memperbaiki segalanya…?”
“apa
kamu sudah mencintai orang lain…?” tegang raut wajahnya saat bertanya pada Ku.
“Bukan
Bob, tapiiiii…..”
“Tapi
apa Indri…” Dia ga sabar dan langsung memotong perkataanku dengan raut wajah
yang semakin tegang dan ini membuat Ku tak bisa menaha geli di hati.
“Boby,
mana mungkin Aku menikah dengan mu, sedangkan kamu saja belum mendatangi wali
ku” Itulah jawaban Ku padanya.
Bobby
pun tersenyum. :)
“Indri…Indri…
saat-saat seperti ini kamu masih saja ya sempat membuat perasaan di hati Ku
tegang.” “Baiklah, kali ini Aku tidak akan menunda-nunda lagi,”
“Besok
aku akan datang ke rumah Mu untuk melamar Mu Indri” ucap Bobby dengan tawa
kecil di wajahnya.
Ayu
langsung memeluk Ku sambil
berkata.
"Selamat ya cantik, semoga rencana kalian berdua ini
diRidhoi Allah
ya, amiinnn", Ucap Ayu dan mas Iqbal seraya ikut senang.
Malam
berikutnya di mana Aku sudah melewati setiap malam dalam sepi, kali ini Aku
hanya mencoba bertemu dengan sahabat lama, yaitu angin malam dan kesunyian tanpa
adanya deraian air mata. Dan pada keesokan harinya, Bobby beserta keluarganya
datang ke rumah Ku, tentu saja untuk menyampaikan niat baiknya, untuk meminang
Ku. Setelah berbincang-bincang banyak dan merencanakan pernikahan, Aku pamit untuk pergi ke halaman
belakang rumah, Aku berdiri di pinggir kolam renang, sambil merenungkan
semuanya.
“Kenapa…?”
“Kamu
masih mau bersahabat dengan kesunyian, angin dan deraian air mata lagi.”
Tiba-tiba terdengar suara Boby yang berkata di belakang ku.
Seketika
itu Aku membalikkan tubuh dan menghadap ke Bobby.
“Tentu saja Tidak,” jawab Ku
tersenyum.
“aku
hanya sedang memikirkan sesuatu” jawab Ku lagi.
“Oh yaaaa, apa itu ?”Bobby
bertanya pada Ku.
Ku
balikkan tubuh Ku lagi sambil berkata.
“Sebenarnya
masih ada sedikit penyesalan kecil di hati Ku, dulu mana kala setiap Ku
merindukan Mu, selalau Ku panjatkan do’a dan Ku sebut nama Mu di setiap
kalimatnya. Hanya nama Mu yang senantiasa Ku utarakan dalam do’a. Tapi
berdosanya Aku yang dulu sempat berprasangka buruk terhadap Allah, Aku tidak yakin akan berjodoh dengan Mu.
Aku mulai ragu akan janjinya, Namun Alhamdulillah sekarang Allah telah
menyatukan Ku kembali dengan Mu Boby.” Senyum ku menghiasi akhir kalimat.
Apa
yang sudah ditakdirkan oleh Allah, itu tidak akan bisa di ubah lagi dengan
siapa pun.” Jawab Bobby menyambung kalimat Ku.
“Mmmmm
iya lah tu yang sekarang sudah pintar agama ?” ledek Ku sambil tertawa kecil
melihat Boby.
“Alhamdulillah,
ya walau pun sekarang belum sempurna, dengan niat baik dari kedatangan Ku ini,
Aku benar-benar ingin kamu yang jadi penyempurnanya.”
“Kan
Aku mau jadi imam kamu, Jadi sosok yang mampu menjaga kamu,
bertanggung jawab atas kebahagiaan Mu di dunia dan akhirat.” jawab Boby.
Hanya
tersenyum lebar yang bisa ku lakuakn, Aku benar-benar malu di buatnya, sampai-sampai
tidak berani untuk menatapnya langsung,
dan aku pun hanya bisa tertunduk serta tersipu bahagia dihadapannya.
“Bob
aku masuk dulu ya, Assalamualaikum.” Ucap Ku yang langsung membalikkan tubuh
dan berjalan masuk kedalam rumah.
"Ya elah, pasti da baper tu” ucap
Boby yang diselinin dengan tawa.
“Indri, Indri dulu Aku memang menghindar dari Mu,
tapi semua bukan semata-mata karena tidak mencintai Mu, bahkan untuk melupakan
Mu saja Aku tak mampu, Mungkin inilah saatnya aku bertanggung jawab atas semuanya.
Setelah semua jurang terjal yang mampu engkau lewati, kini saatnya untuk mendapatkan hak dari
kebahagian Mu yang tertunda, kali
ini Aku benar-benar berjanji pada Tuhan Ku untuk Mu. Akan Ku bahagiakan dirimu, diri mu yang senantiasa menunggu Ku.
Jujur, hanya Aku dan tuhanku yang tahu,
pada satu kata yang tidak dapat terucap dalam diriku. Sebuah rindu yang menjelma bagai kalbu yang telah
lama menghancurkan keramaian hatiku, sama seperti diri Mu, Aku mengubah semua
kata menjadi bait do’a setiap harinya, rindunya Aku akan dirimu, Seolah datang tak terduga namun tak
dapat menghilang begitu saja, tekadang pedih hati ini saat membanyangkan dirimu
yang tengah sendiri menangis dalam kesunyian hingga engkau korbankan hatimu
untuk menanti Ku. Ini saatnya Aku akan
membahagiakan Mu Indri."

Komentar
Posting Komentar