Paket Dari Surga
Setiap pasang mata itu selalu punya peran masing-masing dalam menjalani kesenjangan di kehidupan. Ini merupan sebuah sifat yang sudah dianggap lumrah pada manusia karna manusia itu merupakan makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan, maka dari itu hadirny dua insan yang berbeda, membuatny saling belajar untuk dapat melekapi dalam kehidupan.
Ini merupakan sebuah kisah nyata yang tengah ku alami. Kejadian pilu yang menimpa Ku beberapa tahun yang lalu merupakan sebuah kejadian yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup Ku. Aku kehilangan sosok yang paling Ku sayangi dan amat Ku kasihi di dunia ini untuk selamanya.
Tapi, ada juga kalanya sering Aku bertanya-tanya.
“Bagaimana ya keadaan istriku sekarang di alam surgawi sana,…???”“Baik-baik sajakah ia...???”
“Ia pasti sangatlah sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil", ucap hati kecilKu sambil mengerutkan dahi.
Yahhh,,,…
Begitulah yang Ku rasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah serta ibu untuknya.
Hingga pernah pada suatu ketika, ada urusan yang penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, dan saat itu aku melihat anak Ku masih tertidur. Ohhh brarti aku harus menyediakan sarapan untuknya,”pikir Ku dalam hati”, Karena masih ada sisa nasi, jadi Aku hanya menggorengkan telur untuknya. Setelah memberitahu anakku yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Menjalankan Peran ganda yang seperti ini membuat energiku benar-benar terkuras.
Sepulangnya aku dari kerjaan, aku benar-benar merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anak Ku, lalu Aku langsung saja masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika Aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba Aku merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah, seperti cairan hangat, Ku bukalah selimut dan ternyataaaa…!!!
Di sanalah sumber masalahnya...!!!
Sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut.
Astagfirullah…!!!
Apa-apa’an ini…………….!!!
Saat itu aku begitu marah, sontak saja itu membuat aku langsung mengambil gantungan pakaian, keluar mencari anak Ku dan langsung menghujaninya dengan pukulan diPantatnya, anak Ku yang pada saat itu sedang gembira bermain dengan mainannya hanya bisa menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, seolah-olah telah sadar akan kesalahannya, dia hanya memberi penjelasan singkat.
“Ayah, tadi Aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi, dan saat itu Ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan.”
“Aku ingat, Ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka Aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie.”
“Aku memasaknya dua, satu untuk Ayah dan yang satunya lagi untuk Ku Ayah.”“Karena Aku takut mienya akan menjadi dingin, jadi Aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai Ayah pulang.”
“Tapi Aku lupa untuk mengingatkan Ayah, Aku minta maaf, Ayah.”
Pernyataanya membuat Aku terdiam membisu seribu bahasa, dan seketika itu pula air mata Ku mulai mengalir dipipi, akan tetapi Aku tetap tidak ingin anak Ku melihat Ayahnya menangis, maka Aku berusaha untuk tetap tenang berjalan menuju kamar mandi dengan alasan mau membersikan diri dari sisa mie yang menempel dipakaian, saat tibanya dikamar mandi aku menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis ku. Aku merasa sangat menyesal dengan apa yang tengah kuperbuat pada anak Ku.
Setelah beberapa lama aku hampiri anak Ku, Aku memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur Ku. Ketika semuanya sudah selesai dan dan jam pun sudah menunjukkan lewat tengah malam, Aku melewati kamar anak Ku, dan melihatNya masih menangis, kali ini anak Ku menangis bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang di kasihinya dan sangat termat ia Cintai.
Satu tahun telah berlalu sejak kejadian malam itu, kali ini Aku mencoba dalam sebuah priode untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang Ayah dan juga kasih sayang seorang Ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur 5 tahun, dan akan lulus dari taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh layaknya seperti anak normal pada umumnya.
Namun, belum lama ini Aku sudah memukul anak Ku lagi, dan ini terjadi untuk yang kedua kalinya Aku benar-benar merasa menyesal. Pada saat itu Guru Taman Kanak-kanaknya memanggil Ku dan memberitahukan bahwa anak Ku sudah absen dari sekolah. Hal ini membuat Ku harus pulang kerumah lebih awal, Aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi sepertinya Ia tidak ada dirumah, Aku pergi mencari di sekitar rumah kami, kesana-kemari Ku mencari memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain game yang ada di komputer dengan sangat gembira. Seketika saja Aku langsung marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan lagi di pantatnya. Dia hanya bisa menangis tanpa ada penjelasan, seperti biasa ia hnya mengatakan.
"Aku minta maaf, Ayah." Sambil tersedu-sedu ia berkata di tengah isak tangisnya.
Selang beberapa lama aku mencoba untuk menyelidiki apa sebenarnya yang menyebabkan anak Ku absen tempo lalu, dan Aku sangat terkejut setelah Aku mengetahuinya. Ternyata ia absen dari acara pertunjukan bakat yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang adalah siswa dengan ibunya dan itulah alasan pasti ketidak hadirannya karena Ia tidak punya ibu.
Selang waktu dalam berapa bulan kemudian setelah penghukuman yang Ku lakukan, anak Ku pulang ke rumah memberitahu Ku, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anak Ku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, awalnya sih Aku sempat khawatir, apa Ia mengalami rasa trauma atas hukuman yang Ku berikan…?! Tapi dilain sisi Aku juga yakin bahwa anak Ku itu jauh lebih kuat, dan satu lagi keyakinan Ku, jika istri Ku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bahagia dan bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga.
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat.
Tapi Ya allah, lagi-lagi anak Ku membuat ulah lagi...!!!
Pada hari itu Aku yang sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja tiba-tiba saja kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya dan membuat suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon Ku dengan marah-marah, serta memberitahu bahwa anak Ku telah mengirim beberapa surat tanpa alamat dalam jumlah yang sangat banyak dan dalam kurung waktu yang bersamaan. Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak Ku lagi, tetapi Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena Aku merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya Ia hanya meminta maaf.
Maaf, Ayah…!!!
Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan atas dasar apa Ia melakukan semua itu. Tanpa membuang waktu terlalu lama, Aku langsung saja bergegas pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah Aku menyudutkan anak Ku untuk mempertanyakan kepadanya atas semua tindakan yang telah dilakukannya.
“Perbuatan konyol apalagi ini...?”
“Apa yang ada dikepalamu saat itu...? “Dengan Nada Marah.
“Ayah, Surat-surat itu untuk ibu…!!!”(Di tengah isak tangisnya Ia menjawab)
Sepontan saja emosi ku langsung mereda, di sambut dengat mata Ku yang mulai berkaca-kaca, hatiku seakan tak sanggup menahan perih yang kambuh lagi, lalu aku mencoba bertanya lagi kepadanya.
“Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama...?”
Lalu mulailah ia berani menjelaskan dengan agak terseguk-seguk akibat sisa tangisnya.
"Sebenarnya Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali Aku mau menjangkau kotak pos itu, Aku tidak sampai karna kotak posnya terlalu tinggi bagi Ku, sehingga Aku tidak dapat memposkan surat-surat Ku. Tapi baru-baru ini, ketika Aku kembali ke kotak pos, dan ternyata Aku sudah bisa mencapai kotak itu jadi langsung saja aku mengirimkannya sekaligus”.
Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, Aku benar-benar bingung, seakan-akan menjadi linglung tidak tahu apa yang harus ku lakukan, dan apa yang harus aku katakan. Lalu aku mencoba untuk menjelaskan padanya.
"Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat itu akan sampai kepada sang ibu." Jujur Aku sendiri nyaris tidak dapat menahan kesedihan dalam hati Ku.
Setelah mendengar hal ini anak Ku jadi lebih tenang dan segera setelah itu Ia bisa tidur dengan nyenyak. Aku telah berjanji padanya akan membakar surat-surat tersebut atas namanya, jadi saya membawa surat-surat itu ke luar. Tapi nyatanya Aku jadi penasaran untuk membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu dan ternyata satu dari isi surat-surat itu membuat hati saya benar-benar pilu, hancur bercampur perih dan hanyut dalam kesyahduan yang mendalam.
“Dear Ibu”
"Ibu Ku sayang, Aku sangatlah merindukan dirimu....!!!”
Hari ini, ada sebuah acara pertunjukan bakat di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, aku tidak tau harus menghadirinya dengan siapa, jadi aku tidak ingin menghadirinya dan Aku tidak mau memberitahu Ayah tentang hal ini karena Aku takut Ayah akan mulai menangis dan merindukan Mu lagi.
Ibu mau tau gak, sebenarnya waktu itu Aku sedihhhh sekali…!!!
Tapi Aku berusaha menutupi kesedihan Ku dengan duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko.
Waktu itu ni ya Bu, Ayah tu keliling-keliling mencari Ku, dan setelah menemukan Ku Ayah sangat marah sekali pada Ku, dan Aku hanya bisa diam saja saat Ayah memukul Ku lagi, tetapi Aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
Karna Aku tau itu hannya melukai perasaannya.
Aku juga tau loh kalau Ayah itu sangat merindukan mu Ibu, dan setiap kali Ayah teringat padamu ia begitu sedih, Ayah sering bersembunyi dan menangis di kamarnya.
Aku pikir kami berdua amat sangat merindukan Mu ibu, Terlalu berat aja rasanya untuk Aku dan Ayah melewati semua kerinduan ini Ibu.
Tapi Bu, belakangan ini aku mulai melupakan wajah Mu.
Bisakah ibu muncul dalam mimpi Ku sehingga Aku dapat melihat wajah Mu dan ingat kamu. Kemaren di sekolah pernah ada satu teman Ku yang bilang, katanya jika Aku tertidur dengan foto orang yang sangat Aku rindukan, maka Aku akan melihat orang tersebut dalam mimpi Ku.
Setelah membaca surat itu, tangis Ku pun pecah, air mata mulai mengalir membasahi kedua pipi Ku, Aku benar-benar kacau, sakit sekali rasanya perasaan ini saat merasa Aku benar-benar tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan sebuah bahagia dalam rumah tangga semenjak di tinggalkan oleh istriku.
Note :
Untuk para suami yang udah pastinya laki-laki, yang telah di anugerahi seorang istri atau pun pasangan yang baik, penuh kasih dalam merawat Mu dan sayang pada anak-anakmu maka selalu berterima kasihlah setiap hari pada istrimu.
Karna apa...???
Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidup Mu, membantu segala urusan Mu, mendukung semua prinsip serta peraturan yang telah kau tetapkan, memanjakan Mu dikala sedang letih, Selalu setia menunggu Mu, penuh cinta dan kasih sayang dalam menjaga dan merawat diri Mu beserta anak-anak Mu.
Maka hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidup Mu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan maupun berlian yang bisa menggantikan betapa berharganya dirinya dalam kehidupan Mu.
Setiap orang itu punya cara dan kepribadian masing-masing dalam menjaga dan melindungi hal yang berharga di dalam hidupny, jadi pahamilah maknanya, blajar dari sekeliling kita untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu, saling menghargai satu sama lain, dan jaga dia serta jangan sekalipun menyakitinya bahkan sampai melukainya.

Komentar
Posting Komentar